Selasa, 14 Juni 2016

Facebook dan Google+ : Mengapa Google+ Terlihat Sepi

Pada waktu Google meluncurkan platform jejaring sosial barunya, Google+, semua penduduk Internet bergairah untuk mencobanya. Akan tetapi kini, Google+ hampir seperti kota kosong. Benarkah? Tidak juga. Akun Google+ Anda kelihatan hampa mungkin karena beberapa hal. Teman Anda sedikit yang ada disana. Meskipun banyak teman Anda yang sudah Anda lingkari, mereka sama-sama tidak aktifnya dengan Anda. Lingkaran Anda hanya berisi teman-teman seperti layaknya Facebook. Ketika penduduk Internet beralih dari Friendster ke Facebook beralih pula tren dunia dari kecenderungan promosi diri dengan halaman alay ke kecenderungan curhat dan interaksi dengan halaman rapi. Coba tengok sebentar tulisan teman saya tahun 2009 ini dan amati bagian komentarnya. Cukup lucu. Banyak orang yang tak rela (halaman profil) Friendster dikatai alay. Coba banyangkan pada tahun ini pasti tidak ada lagi orang yang mau membuat halaman sakit mata seperti itu lagi. Banyak yang tidak tahan, mereka pun mencoba-coba Facebook. Pada akhirnya, Facebook menang dan Friendster mati. Kemudian Google membawa sesuatu yang seolah dapat menggantikan Facebook. Dengan mendengar kata jejaring sosial, mungkin banyak orang berfikir bahwa Google+ itu akan seperti Facebook: tempat sesama teman saling curhat ke dunia. Ternyata tidak! Sama seperti kasus Friendster tadi, Facebook sudah punya gaya alaynya tersendiri: curhat dan laporan status mundan. Google+ sang pembawa risalah baru jelas lebih terasa unsur resmi dan normatifnya. Terasa janggal gimana gitu saat kita menulis status “Makan-makan ayam bakar pak Kumis” di Google+. Iya bukan? Namun, tidak seperti kasus yang lalu, penduduk Internet kali ini sudah terlalu nyaman dengan Facebook. Nyaman dengan bentuk alay melalui kata-kata tadi. Mungkin pada dasarnya manusia itu memiliki sifat untuk mengekspresikan diri (seperti pada kasus halaman profil Friendster). Dunia nyata memiliki banyak batasan dalam berekspresi, tetapi Facebook memberikan fasilitas untuk itu. Dan orang sudah biasa melihat hal seperti itu di news feed. Google+ sebaliknya merupakan tempat yang terasing. Anda tidak akan berani teriak yang aneh-aneh di desa lain yang asing bukan? Selain karena Google+ baru, masih suci, masih sepi dan asing jadi orang enggan beralay ria disana, penyebab lain mungkin karena Google+ tidak membatasi jumlah karakter pada pos. Kebanyakan curhat dan status keduniawian (baca: mundan) di Facebook tentu saja tidak memerlukan huruf banyak-banyak. Jika diberi fasilitas huruf banyak tentu saja kita akan agak sungkan mengepos dengan kalimat pendek. Serasa menyampah saja kan. Kini, Google+ sudah seperti situs untuk berbagi berita dan cerita. Setidaknya seperti itulah saya sekarang menggunakan Google+. Banyak orang-orang yang membagikan tulisan, gambar, atau video menarik di sana. Setelah fitur laman atau page dibuka oleh Google+, banyak perusahaan dan komunitas yang membuat lamannya sendiri. Kita bisa memilih untuk mengikuti berita dan cerita (tidak hanya celoteh dan link seperti di Twitter) mereka jika kita tertarik. Misalnya saja kita tidak ingin ketinggalan berita tentang Google Glass, update paling cepat ya di lamannya Project Glass di Google+ (selain di blognya tentu saja). Orang menganalogikan: Facebook itu untuk berinteraksi dengan orang yang kamu kenal, Google+ itu untuk berinteraksi dengan orang-orang baru. Kalau dari fitur Google+ dan Facebook mungkin bisa dibilang setara. Banyak inovasi dari masing-masing mereka. Mereka juga saling contek. Akan tetapi, mungkin Google lebih mementingkan privasi Anda dibanding Facebook. Semua fitur di Facebook bisa anda temukan padannya di Google+. Bedanya, Google+ menyatukan seluruh produk Google, maklum asalnya dia bukan perusahaan jejaring sosial kan. Sadar atau tak sadar, Anda itu menggunakan Google+, kecuali jika Anda sama sekali tidak punya akun Google atau tidak mengaktifkan Google+nya. Memang saya bukan pemakai intens keduanya. Saya hanya menjadi bystander di keduanya. Di Facebook saya hampir tidak pernah memasang status. Meskipun pernah, saya hanya memasang status mundan, tentu saja, dan pembagian tautan ke blog dan pranala lain. Penggunaan yang paling sering mungkin ya melihat info di grup dan menyampah dengan teman-teman SMA. Sebagai selingan coba baca Facebook’s friend ~ Teman di Facebook. Hmm… Di Google+ saya juga hampir tidak pernah berinteraksi ke orang lain. Saya hanya menggunakannya sebagai pemersatu akun Google (Picasa, Gmail, dkk kan nemplok ke sana) dan sebagai layaknya situs berita. Yah, mungkin sesekali komen atau mem+1 pos orang yang menarik. Hmm… Oh ya, berlawanan dengan pendapat saya tadi di atas, saya cenderung lebih suka menyampahi server dengan status keduniawian di Google+ loh. Kenapa? Paling utamanya karena di sana lebih sepi, setelahnya karena lebih bisa diatur pembacanya, hehe. Di Facebook sedikit lebih sulit mengatur privasi, butuh banyak tahap ini dan itu. Oh ya, kabarnya Microsoft juga “diam-diam” membuat jejaring sosialnya sendiri loh walaupun mereka mengakunya kalau itu bukan apa-apa. Namanya SoCl. Bagaimana bentuknya bisa Anda cona di So.Cl. Hm… Bagaimana akhirnya ya.

Facebook dan Google+ : Mengapa Google+ Terlihat Sepi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: R . KOMARA

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Hari Ini