BAB I
PENDAHULUAN
1. Lokasi
Candi Borobudurterletak di kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Propinsi Jawa tengah. Candi ini dari kota Magelang terletak sebelah selatan ± 15 km. Dalam jarak lurus. Dataran kedu yang berbukit, hampir seluruhnya di lingkari pegunungan. Gunung yang melingkari Candi Borobudurantara lain : sebelah timur terdapat gunung Merbabu dan gunung Merapi, barat laut gunung Sumbing dan gunung Sindoro, dari ke empat gunung tersebut hanya gunung Merapi yang masih aktif sebagai gunung berapi. Di sebelah utara terdapat gunung Tidar, walaupun tidak sebesar gunung tersebut di atas namun gunung ini terkenal dengan sebutan “ Pakuning Tanah Jowo “. Sedang sebelah selatan terdapat pegunungan Menoreh, bila di lihat dari candi Borobudur, puncak-puncak yang menjulang tinggi, nampak serupa dengan seseorang yang sedang tidur terlentang membujur dari timur kebarat. Lekukan-lekukan pegunungan itu seolah menggambarkan kepala lengkap dengan hidung, bibir dan dagu juga bagian perut sampai kaki. Karena keadaan seperti itulah maka cerita rakyat berkembang bahwa yang sedang tidur terlentang itu adalah GUNADHARMA, yaitu ahli bangunan yang menurut kepercayaan telah berhasil menciptakan Candi Borobudurdan menjaganya smbil mengawasi ciptaanya dariu masa ke masa.
Dari sebelah timur Candi Borobudurterdapat candi Pawon dan candi Mendud.
Candi Pawon, mempunyai bilik, di dalamnya tak terdapat satu patungpun juga tidak di ketahui dewa siapa yang di puja. Oleh karena itu tidak dapat di pastikan apa pungsi candi Pawon dalam hubungannya dengan candi Borobudur. Di mungkinkan candi Pawon sebagai tempat beristirahat dalam perjalanan ziarah, karena letak candi ini di antara candi Mendud dan candi Borobudur.
Candi Medud, sebagai tempat pemujaan. Di dalam bilik terdapat sebuah patung Budha ( besar ) yang mengambarkan sang budha sedang duduk di atas singgasana, sikap tangan menggambarkan saat ia pertama kali memberikan wejangan di taman Rusa. Patung tersebut di hapit oleh pengiringnya yakni AWALOKITESWARA dan WAJRAPANI.
Candi Borobudurterletak paling barat di antara tiga candi tersebut.
Denah candi Borobudur, lengkap dengan posisi stupa yang berada pada teras I, II, dan III, serta dinding langkan tingkat I – V dan juga gapura serta tangga naik / turun pada ke empat sisinya ( timur, selatan, barat, dan utara ).
2. Nama, Arti dan fungsi
Mengenai arti dan nama Candi Borobudursampai sekarang belum jelas. Namun menurut Drs. Soediman dalam bukunya “Candi Borobudursalah satu keajaiban dunia” menjelaskan antara lain sebagai berikut :
Nama Borobudur berasal dari gabungan kata-kata boro dan budur, boro berasal dari bahasa sansekerta ”vihara”yang berarti komplek candi dan bihara atau juga asrama (menurut poerbatjaraka dan setutterhein). Sedangkan budur dalam bahasa bali ”beduhur“ yang artinya atas. Jadi nama borobudur berarti asrama/bihara (kelopok candi yang terletak diatas bukit).
Memang di halaman barat laut dari Candi Borobudursewaktu diadakan penggalian ditemukan sisa-sisa bekas sebuah bangunan yang dimungkinkan bangunan bihara. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Casparis berdasarkan prasasti Sri Kahulunan (842M), di dalam prasasti tersebut terdapat nama sebuah kuil ”Bhumishambara budhara”. Dari kata inilah terjadi nama Candi Borobudur. Masih banyak lagi teori-teori dari para ahli tentang arti nama Borobudur adalah bangunan umat budha. Di India bangunan yang berhubungan dengan ajaran budha disebut stupa, ialah bangunan yang berbentuk kubah berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung di atasnya. Adapun arti dari pada stupa itu ialah:
- Sebagai tempat penyimpanan relik (peningalan-peninggalan yang dianggap suci seperti benda-benda, pakaian, arhat dan biksu terkemuka dinamakan Dhatu garbha).
- Sebagai tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.
- Sebagai lambang suci umat budha .
Bangunan Borobudur pada hakikatnya adalah Stupa juga yang karena mengalami perkembagan yang lama, mempunyai bentuk arsitektur yang lain daripada yang terdapat di negara-negara penganut budha lainnya.
Pada piagam dari tahun 842 M. ada terdapat kalimat ”Kamulan Bhumisambhara” kamulan berasal dari kata sansekerta mula, sedangkan bhumisambhara diartikan menjadi borobudur. Dengan demikian bangunan Candi Borobudurmenurut casparis adalah tempat penghormatan nenek moyang dari Wangsa Syailendra.
BAB II
SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
1. Waktu didirikan
Banyak sudah buku-buku yang menuliskan tentang Candi Borobudurakan tetapi kapan Candi Borobudurdidirikan tidaklah dapat di ketahui dengan pasti. Namun demikian suatu pemikiran dapat di peroleh dengan Tulisan-tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura-pigura relief kaki asli Candi Borobudur(karmawibhangga) menunjukan huruf sejenis dengan yang didapatkan pada prasasti-prasasti dari akhir abad ke 8 sampai awal abad ke 9. dari bukti-bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudurdibuat / didirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas ternyata sesuai benar dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah pada khususnya. Periode antara abad k 8 dan pertengahan abad ke 9 terkenal sebagai “ abad emas wangsa syailendra “.
Kejayaan ini di tandai dengan di bangunya sejumlah besar candi-candi yang mengambarkan adanya semangat membangun yang luar biasa. Candi-candi yang berada di lereng-lereng gunung kebanyakan berciri khas bangunan budha, tetapi juga ada sebagian khas hindu.
Demikian kesimpulan yang dapat ditarik bahwa cand Borobudur di bangun oleh wangsa syailendra yang terkenal dalam sejarah karena usahanya untk menjunjung tinggi dan mengagumkan agama budha Mahayana.
2. Penemuan kembali
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi di antara dataran rendah di sekelilingnya
Tampak tidak akan pernah masuk akal meraeka yang melihat karya seni besar yang merupakan hasil karya semangat mengagumkan, dan lebih tidak masuk akal lagi bila di katakana Borobudur pernah mengalami kehancuran.
Memang demikianlah keadaan Candi Borobuduryang terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad-abad. Bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira-kira hanya 150 tahun Candi Borobudurdigunakan sebagai pusat ziarah, waktu yang sangat singkat di bandingkan dengan usianya, di hitung dari saat para pekerja menghiasi / membangun bukit ( alami ) Borobudur dengan batu-batu di bawah pemerintahan raja yang sangat terkenal yaitu Sangaratungga, sekitar tahun 800an. Dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahun 930, pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur.
Demikianlah karena terbengkalai tak terus-terus maka lama-lama di sana-sini tumbuh berbgai macam tumbuhan liar yang lama-kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira-kira abad ke 10 itulah Candi Borobudurterbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 berkat kegiatan Sir Thomas Samford Rafles, Candi Borobudurmuncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah letnan gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / dijajah Inggris 1811-1816.
Tahun 1835 seluruh bangunan candi dari apa yang menjadi penghalan pemandangan oleh residen kedu bernama Hartmann, karena begitu tertarik terhadap bagunan Candi Borobudur. Sehinga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing-puing yang masih menutupi bangunan lainya di buang sehingga Candi Borobudur kelihatan lebih baik di bandingkan sebelumnya.
3. Penyelamatan I
Sejak Candi Borobudur di temukan kembali, dimulailah usaha-usaha perbaikan dan memugar kembali bangunan candi Borobudur. Mula-mula hanya di lakukan perbaikan secara kecil-kecilan serta pembuatan foto relief-reliefnya.
Pekerjaan pemugaran yang boleh dikatakan agak besar yang pertama kali diadakan pada tahun 1907-1911. pemugaran pertama di lakukan oleh Theodore Van Erp, di bawah pengarahanya stupa-stupa yang hancur di tata kembali, ukiran-ukiran dibersihkan dari mulut, kotoran dan sejenisnya. Maksud dari pemugaran yang di pimpin Th. Van Erp adalah untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan lebih lanjut pada bengunan candi Borobudur. Walaupun banyak bagian dari tembok-tembok dan dinding-dinding terutama tiga tingkat dari bawah yaitu sebelah barat-laut., utara dan timur-laut masih tampak bayak yang miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunanya sendiri. Namun pekerjaan Th.Van Erp tersebut untuk sementara bangunan Candi Borobudurdapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar
Mengenai gapura-gapura hanya beberapa saja yang dapat di susun kembali, pagar-pagar langkan, relief-relief serta patung budha masih banyak pula yang belum tepasang kemali pada tempatnya.
Karya Th. Van Erp dan segala yang telah di kerjakan masa itu telah berhasil mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga pelu di sadari bahwa tahun-tahun yag di lalui Borobudur selama tersembunyi di dalam tanah dan tertutup semak-semak belukar ssungguhnya secara tiak langsung telah melindungi dari cuaca buruk yang mungkin akan berakibat merusak bangunan dari Candi Borobudurtersebut. Th. Van Erp berpendapat bahwa miring dan melesaknya dinding-dinding dari bangunan itu tidak sanga membahayakan Dari bangunan tersebut. Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memng tidak salah, akan tetapi sejak tahun 1960 pendapat Th. Van Erp itu mulai diragukan dan dikhawatirkan akan adanya kerusakan yang lebih parah.
4. Pemugaran Candi Borobudur
Prasasti dimulainya proyek pemugaran candi borobudurur, teletak di halaman Candi Borobudur sebelah barat-laut, menghadap ke timur.
Karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang, di antaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan STM bangunan yang memang diberikan khusus mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemiko-Arkeologi (CA) dan tehno-Arkeologi (TA).
Tahno-Arkeologi bertugas membersihkan serta mengawetkan batu-batu candi. Chemiko-Arkeologi bertugas membersihkan serta mengawetkan batu-batunya dan juga memperbaiki jika ada batu yang retak maupun pecah. Pekerjaan-pekerjaan di atas yan bersifat Arkeologis semua ditangani oleh badan pemugaran Candi Borobuduratau lebih di kenal denga proyek pemugaran candi Borobudur. Sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis antara lain : Penyediaan sarana transfortasi, pengadaan bahan-bahan bangunan, tempat kerja serta pembuatan Fondasi baru, di tangani oleh konmtraktor (PT. Nindya Karya dan The construction and Development Corforation of the philipine).
Bagian-bagian bangunan candi yang di pugar ialah bagian yang di sebut sebagai rupadhatu pada semua sisinya (timur, selata, barat dan utara), sedangkan kaki candi serta teras I,II, dan III juga stupa induk dipugar. Pemugaran slesai pada 23 Febuari 1983, dibawah pimpinan DR.Soekmono. dengan di tandai sebuah batu prasasti seberat ± 20 ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat candi Borobudur, denga batu yang sangat besar di buatkan dua pagina, satu menghadap ke utara dan satu lagi menghadap ke timur. Penulisan pada batu tersebut di tangani oleh tenaga terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran candi Borobudur.
Prasasti selesai Pemugaran Candi Borobudur, dengan berat batu ± 20 ton berada pada halaman sebelah barat laut mempunyai dua pagina/muka yang menghadap ke utara dan menghadap ke timur
Candi Borobudur, setelah pemugaran kelihatan indah, anggun dan mempesona, seolah-olah kembali pada masa kejayaannya. Dengan ditandai semakin banyaknya pengunjung baik wisatawan nusantara (dalam negeri) msaupun wisatawan mancanegara, dengan nyata bahwa Candi Borobudur semakin menawan sehingga daya tariknya semakin besar.
Dengan utuhnya kembali bangunan Candi Borobuduryang tentunya menambah kharisma, sehingga baik wisatawan dalam maupun luar negeri di harapkan semakin hari semakin bertambah.
BAB III
BANGUNAN CANDI
1. Uraian bangunan candi
Candi Borobudur dibuat atau dibangun menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m3
Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak-berundak dengan tangga naik pada keempat sisinya (timur, selatan, barat dan utara). Pada Candi Borobudur tidak ada ruangan dimana bisa masuk, melainkan hanya bisa naik sampai terasnya. Lebar bangunan Candi Borobudur 123 meter, tinggi bangunan candi 34,5 meter.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu : Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu.
Kamadhatu : Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat / nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat/nafsu. Dalam dunia ini digambarkan relief yang terdapat di kaki candi asli dimana relief tersebut menggambarkan dengan adegan dari kitab Karmawibangga yaitu naskah yang menggambarkan ajaran sebab akibat serta perbuatan yang baik dan jahat. Deretan relief ini tidak tampak seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang lebar. Hanya disisi tenggara tampak relief yang terbuka bagi pengunjung.
Rupadhatu : Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk, wujud, bentuk. pada tingkat ini manusia telah meninggalkan segala hasrat, nafsu tetapi masih terikat pada nama dan rupa, wujud, bentuk, bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang berbentuk bujur sangkar.
Arupadhatu : Sama dengan alam atas atau dunia tampa rupa, wujud, bentuk. Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamaya segala ikatan kepada dunia fana. Pada tingkat ini terdapat teras bunder I, II dan III beserta stupa induknya..
2. Patung Budha
Patung Budha di Candi Borobudur berjumlah 504 buah, dengan uraian sebagai berikut:
Patung budha yang berada pada relung-relung 432 Buah
Sedangkan pada teras I, II III berjumlah 72 Buah
-------------
Jumlah 504 Buah
Agar lebih jelas, susunan patung Budha pada Candi Borobudur sebagai berikut :
Langkan I terdapat : 104 patung budha
Langkan II terdapat : 104 patung budha
Langkan III terdapat : 88 patung budha
Langkan IV terdapat : 72 patung budha
Langkan V terdapat : 64 patung budha
Teras bundar pertama : 32 patung budha
Teras bundar kedua : 24 patung budha
Teras bundar ketiga : 16 patung budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas Patung Budha itu nampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah sikap tangan atau yang disebut Mudra yang merupakan kas untuk semua patung. Sikap tangan budha di Candi Borobudur ada 6 macam, hanya saja keenam macam atau yang dimiliki oleh patung-patung yang menghadap kesemua arah pada bagian rupadhatu maupun bagian arapadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada 5.
Ke 5 mudra itu adalah :
1. Bhumispara - Mudra
Sikap tangan ini melambangkan saat sang budha memanggil dewi bumi sebagai saksi ketika ia menangkis serangan iblis Mara. Patung ini menghadap ke timur Langkan I – IV
2. Wara - Mudra
Sikap tangan ini melambangkan pemberian amal, memberi anugerah atau berkah. Mudra ini khas bagi Dhyani Budha Ratna Sambawa yang bertahta di selatan. Letak patung ini di langkan I- IV
3. Dhyana - Mudra
Sikap tangan ini mengambarkan sikap semadi atau mengheningkan cipta. Mudra ini merupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amitabha. Semua patung ini menghadap ke arah barat pada langkan I – IV.
4. Abhaya - Mudra
Sikap tangan pada patug-patung ini melambangkan sedang menenangkan, mudra ini merupakan tanda khusus dhyani budha Amoghasidi. Patung-patungnya menghadap ke Utara langkan I-IV
5. Dharma cakra - Mudra
Sikap tangan ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Mudra ini menjadi cirri khas bagi Dhyani Budha Wairocana. Khusus di Candi Borobudur Wairocana digambarkan dengan sikap mtangan yang disebut Witarka – Mudra.
Patung-patung pada relung langkan V semuanya Dhyani Budha Wairocana, begitu pula patung-patung yang terdapat pada stupa teras I, II, III.
Patung dalam relung langkan V di semua sisi melambangkan sikap tangan yang sama yaitu Witarka – Mudra (Sikap tangan yang ke 6)
BHUMISPARA - MUDRA
Sikap tangan ini melambangkan saat sang budha memanggil dewi bumi sebagai saksi ketika ia menangkis serangan iblis Mara. Patung ini menghadap ke timur Langkan I – IV, berjumlah : 92 patung
WARA - MUDRA
Sikap tangan ini melambangkan pemberian amal, memberi anugerah atau berkah. Mudra ini khas bagi Dhyani Budha Ratna Sambawa yang bertahta di selatan. Letak patung ini di langkan I- IV, berjumlah : 92 patung.
DHYANA - MUDRA
Sikap tangan ini mengambarkan sikap semadi atau mengheningkan cipta. Mudra ini merupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amitabha. Semua patung ini menghadap ke arah barat pada langkan I – IV serta jumlahnya 92 patung.
ABHAYA - MUDRA
Sikap tangan pada patug-patung ini melambangkan sedang menenangkan, mudra ini merupakan tanda khusus dhyani budha Amoghasidi. Patung-patungnya menghadap ke Utara langkan I-IV, berjumlah 92 patung.
WITARKA –MUDRA
Pada Candi Borobudur digambarkan dengan sikap tangan yang disebut Witarka – Mudra terdapat pada relung langkan V, menghadap ke semua sisi dan juga digologkan dhyani Budha Wairocana. Berjumlah : 64 Patung.
DHARMA CAKRA - MUDRA
Sikap tangan ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Mudra ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Budha Wairocana. Patung-patung ini terdapat pada teras bundar I, II, III jumlah patung dengan posisi Dharma Cakra – Mudra semunya 72 patung.
4. Stupa
- Stupa induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain dan terletak dipuncak sebagai mahkota dari seluruh manumen bangunan Candi Borobudur. Stupa induk ini mempunyai garis tengah 9,90 m
Puncak yang tertinggi disbut pinakel/Yasti Cikkar pinakel atau yasti cikkara terletak di atas Padmaganda dan juga terletak di atas Harmika.
Diatas puncak dahulunya diberi payung (chatara) bertingkat tiga (sekarang tidak terdapat lagi).
Pada buku Candi Borobudur Pustaka Jaya, DR Soekmono menuliskan antara lain, puncak stupa yang sekarang sudah tidak lengkap lagi, sudah pernah diusahakan suatu rekonstruksi dan menghasilkan gambaran dahulu ada tiga susunan payung menghiasi puncaknya.
Rekonstruksi itu kemudian dibongkar lagi karena banyak keraguan, dimungkinkan batu-batu tersebut yang ditemukan terlalu sedikit sehingga tidak ada suatu kepastian yang dapat dipertanggung jawabkan.
Stupa induk ini tertutup rapat sehingga orang tidak bisa melihat bagian dalamnya.
Drs. Soediman dalam bukunya “Borobudur keajaiban dunia” menerangkan antara lain : Di dalamnya terdapat ruangan yang sekarang tidak berisi. Ada pendapat yang mengatakan ruangan tersebut untuk menyimpan arca atau reliek, tetapi pendapat itu masih diragukan kebenarannya, karena sewaktu diadakan penyelidikan mengenai isi dari stupa induk oleh residen Kedu Hartman pada tahun 1842 sama sekali tidak dibuat laporan tertulis, sehingga semua pendapat mengenai isi stupa induk itu hanyalah dugaan belaka.
Stupa induk yang berada di tengah-tengah dan paling atas, merupakan mahkota penghias bangunan candi borobudur yang anggun dan mempesona. Nampak juga stupa berlubang yang pada bagian dalamnya terdapat patung budha, stupa ters III dan stupa teras II sedangkan stupa teras I tidak terlihat.
- Stupa Berlubang
Yang dimaksud dengan stupa berlubang atau berterawang ialah stupa yang terdapat pada teras bundar I, II dan III dimana di dalamnya terdapat patung budha. Di Candi Borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah
Stupa-stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu.
Teras pertama terdapat : 32 stupa
Teras kedua terdapat : 24 stupa
Teras ketiga terdapat : 16 stupa
Jumlah : 72 stupa
Patung budha yang menghuni stupa-stupa pada teras I, II, dan III terlihat pada teras II sisi barat laut, dengan latar belakang stupa berlubang tingkat II dan III
- Stupa kecil
Stupa kecil bentuknya hampir sama dengan stupa lainnya, hanya saja perbedaan yang menonjol adalah dalam ukurannya yang memang lebih kecil dari stupa yang lainnya. Stupa ini seolah mejadi hiasan dari seluruh bangunan candi. Keberadaan stupa ini menempati puncak dari relung-relung pada langkan II sampai langkan V, sedangkan langkan I sebagian serupa Keben dan sebagian berupa stupa kecil yang jumlahnya ada 1.472 buah.
5. Relief
Untuk tidak membingungkan dan agar jelas perlu digambarkan tentang relief-relief yang menghiasi Candi Borobudur sebagai berikut :
LOKASI | NAMA RELIEF | JUMLAH |
Kaki candi asli | Karmawibangga | 160 Pigura |
Tingkat I : Dinding | Lalitawistara | 120 Pigura |
| Jataka / Awadana | 120 Pigura |
Langkan | Jataka / Awadana | 372 Pigura |
Tingkat II : Dinding | Gandawyuha | 128 Pigura |
Langkan | Jataka / Awadana | 100 Pigura |
Tingkat III : Dinding | Gandawyuha | 88 Pigura |
Langkan | Gandawyuha | 88 Pigura |
Tingkat IV : Dinding | Gandawyuha | 84 Pigura |
Langkan | Gandawyuha | 72 Pigura |
Jumlah Relief Candi Borobudur | 1.460 Pigura |
Relief pada dinding yang menghadap keluar harus dibaca dari kanan ke kiri, sedangkan pada langkan yang menghadap kedalam harus dibaca dari kiri ke kanan, karena hal demikian disebabkan oleh karena harus menelusuri lorong-lorong pada Candi Borobudur menurut Pradaksina, yaitu berjalan mengitari bangunan Candi Borobudur menurut searah jarum jam dan membuat posisi agar bangunan dan stupa maupun dinding-dinding temboknya berada di sebelah kanan.
- Relief Karmawibhangga
Bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah sebagaimana bangunan aslinya, karena alasan teknis ataupun yang lainnya maka kaki candi dibuatkan batu tambahan sebagai penutup. Alasan teknis : antara lain dimungkinkan ketika pekerjaan belum selesai pahatannya, sudah mulai longsor , sehingga terpaksa harus dilakukan penyelamatan dengan menambah kaki bangunan tersebut dan sekaligus berfungsi sebagai penopang ataupun pondasi ke dua. Alasan lainnya : untuk menyembunyikan dari pandangan para pe ziarah yang sedang mencari ketenangan hidup.
Batu penutup bagian Karmawibhangga tersebut tidak kurang dari 12.750 m3. Relief ini ditemukan pada tahun 1885 oleh J.W.Ijzerman, pada tahun 1891 dibuatkan foto-fotonya oleh Chepas dengan jalan membuka terlebih dahulu batu-batu penutup kaki bangunan asli tersebut.
Relief karmawibhangga yang terletak pada bagian kamadhatu berjumlah 160 buah figura, yang secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu dan kenikmatan serta akibat perbuatan dosa dan juga hukuman yang diterima, tetapi ada juga gambaran perbuatan baik serta pahalanya. Relief pada kaki candi Borobudur yang berjumlah 160 buah figura, tidak merupakan suatu cerita yang berurutan ataupun beruntun.
117 buah figura memperlhatkan satu macam akibat yang di timbulkan dari berbagai jenis perbuatan manusia. Sedangkan yang 43 buah figura selebihnya, memperlihatkan berbagai macam keadaan manusia sebaai akibat dari satu jenis perbuatan.
Yang diperlihatkan dari relief-relief itu antara lain :
- Gambaran mengenai mulut-mulut yang usil, orang yang suka mabuk-mabukan, perbuatan-perbuatan lain yang mengakibatkan penderitaan disertai hukuman yang setimpal dengan apa yang pernah dilakukan dan juga mengakibatkan suatu dosa.
- Perbuatan terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong, ziarah ke tempat suci, bermurah hati kepada sesama dan lain-lain yang mengakibatkan seseorang mendapat ketentraman hidup dan mendapat pahala.
Relief Karmawibhangga yang sengaja diperlihatkan dan dibuka dari batu tambahan yang menutup bangunan kaki candi asli, berada pada sisi tenggara.
Relief karmawibhangga No. 19
Menggambarkan beberapa orang sedang memberikan pertolongan kepada seorang laki-laki yang sedang sakit, dan memberikan obat serta ada yang memijat kepala, bagian perut serta kaki dan juga dimungkinkan ada yang berdoa memohon kesembuhan dari suatu penyakit yang sedang diderita oleh laki-laki tersebut.
Juga terlihat suatu suasana kegembiraan atas kesembuhan dari suatu penyakit, tampak seorang bersama dengan beberapa sahabat-sahabatnya yang sedang bersyukur.
Relief Karmawibhangga no. 20
Memperlihatkan perbedaan yang kontras antara mereka yang mempunyai keluarga bahagia (tampak tenang, tenteram dan damai) dan mereka yang suka bermabuk-mabukan sehingga lupa diri dan melakukan perbuatan yang telarang seperti menari-nari tidak beraturan dan juga perbuatan lainnya yang tercela.
Kedua relief Kamawibhangga yaitu no. 19 dan no. 20 berada pada sisi tenggara yang menghadap ke timur, dan juga masih ada dua relief lainnya pada sisi tenggara menghadap ke selatan.
- Jataka dan Awadana
Jataka, merupakan cerita tentang sang budha sebelum dilahirkan sebagai Sidharta Gautama putra dari raja Shudhodanna. Isinya merupakan perbuatan-perbuatan baik yang membedakan dengan nyata antara sang Boddhisattwa dengan yang lainya. Sang Boddhisattwa telah mengalami dilahirkan dan dilahirkan kembali sampai beberapa kali baik sebagai manusia biasa ataupun mungkin dalam bentuk yang lainnya. Dengan demikian cerita mengenai jataka sangatlah banyak ragam dan jumlahnya.
- Awadana
Pada dasarnya cerita awadana sama dengan jataka, perbedaannya kalau Jataka pelakunya adalah sang Buddhisttwa sendiri. Sedangkan Awadana adalah pelakunya orang lain. Cerita dihimpun dalam kitab DIWYAWADANA dan kitab AWADANASATAKA. Diwyawadana berarti perbuatan-perbuatan mulia kedewaan, sedangkan Awadanasataka merupakan seratus cerita Awadana.
Di candi Borobudur Jataka dan Awadana bisa dilihat pada :
Tingkat I dinding ( deret bawah ) berjumlah 120 pigura
Tingkat I langkan ( deret atas ) berjumlah 372 pigura
Tingkat I langkan ( deret bawah ) berjumlah 128 pigura
Tingkat II langkan 100 pigura
Jumlah 720 pigura
- Gandawyuha
Peran utama dalam cerita ini adalah Sudhana, anak seorang pedagang yang hidupnya serba kecukupan dan kaya raya. Juga menggambarkan berbagai macam mukjizat-mukjizat yang dihasilkan oleh samadi sang Buddha, pada suatu kesempatan seratus orang murid disuatu taman Jeta kota Srawasti. Murid-murid itu berkumpul mengelilingi sang Buddha tetapi tidak dapat melihat mukjizat-mukjizat secara langsung sehingga Boddhisattwa Samantabadra memberikan penjelasan / petunjuk tentang sifat-sifat samadi sang Buddha tersebut.
Cerita tersebut diawali pada dinding tingkat II, Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya untuk mencari pengetahuan tertinggi.
Cerita ini dilanjutkan pada tingkat III dan IV baik dinding maupun langkan. Jumlah panil atau pigura yang ada 460 buah berdasarkan atas kitab budha Mahayana yang berjudul Gandawyuha juga kitab lainnya yaitu Bhadracari sebagai cerita penutup.
Di candi Borobudur cerita Gandawyuha bisa di lihat pada :
Tingkat II dinding ………………………. Berjumlah 128 pigura
Tingkat III dinding ………………………. Berjumlah 88 pigura
Tingkat III langkan ………………………. Berjumlah 88 pigura
Tingkat IV dinding ………………………. Berjumlah 84 pigura
Tingkat IV langkan ………………………. Berjumlah 72 pigura
Jumlah 460 pigura
0 komentar:
Posting Komentar